Minggu, 31 Maret 2013

Pemanfaatan Televisi Sebagai Media Komunikasi


Televisi telah lama diakui sebagai media massa siaran yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya sehingga banyak pemerintah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menaruh harapan besar terhadap peranan media ini dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa keunggulan televisi antara lain:
(1) dapat mencapai khalayak dalam jumlah besar,
(2) mampu mengatasi buta huruf,
(3) dapat digunakan untuk mengajarkan banyak subjek (Jenkins dalam Jahi, 1988).

Televisi juga memiliki beberapa kelemahan. Informasi dan pesan yang disampaikan hanya sekilas dan sekali lalu. Oleh karena itu, khalayak (audiens) dituntut menaruh perhatian penuh pada setiap tayangan acara agar dapat menyerap dan memahami informasi dan pesan yang disampaikan. Meskipun demikian, kelemahan ini sesungguhnya dapat diatasi misalnya dengan membentuk kelompok-kelompok pemirsa sekaligus menjadi wahana untuk mendiskusikan isu-isu yang disiarkan melalui televisi. 

Menurut Jahi (1988) telah banyak bukti empirik dari berbagai negara berkembang bahwa televisi memberikan manfaat yang besar, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Bukti-bukti tersebut memberikan legitimasi yang kuat yang secara implisit memberikan suatu petunjuk bahwa televisi merupakan salah satu media massa yang potensial dalam program komunikasi, informasi, dan edukasi. Walaupun disadari bukannya tanpa masalah. Beberapa masalah yang sering dihadapi dalam pemanfaatan televisi dalam program KIE maupun kampanye pembangunan lainnya adalah:
(1) adanya ketidakpercayaan sebagian masyarakat bahwa televisi bisa digunakan sebagai media pendidikan dan penyadaran masyarakat,
(2) tidak meratanya distribusi pesawat penerima siaran tekevisi,
(3) mahalnya biaya produksi dan penyiaran, dan
(4) kurangnya program yang secara spesifik dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat di pedesaan (Jahi, 1988).

Masalah ini tampaknya berakar dari berbagai macam kesulitan untuk membuat program yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pembangunan yang terkait dengan proses pendidikan dan penyuluhan. Kesulitan tersebut antara lain: langkanya penulis naskah, produser, dan staf produksi yang terlatih dan cakap, besarnya biaya produksi, terbatasnya peralatan, dan juga waktu yang tersedia. Di sisi lain, masih banyak perdebatan tentang sejauh mana efektifitas siaran televisi dalam menggugah kesadaran masyarakat tentang isu tertentu, menambah pengetahuan dan wawasan, serta mengubah sikap. Apalagi dewasa ini di Indonesia, siaran televisi tidak lagi semata-mata dilihat sebagai media massa, tetapi juga sebagai media bisnis. Persaingan pun semakin tajam dengan banyaknya stasiun televisi swasta dalam dua dekade terakhir.
Dalam situasi seperti ini, maka program-program pendidikan dan layanan masyarakat harus bersaing dengan program-program hiburan dan informasi lainnya karena popularitas sebuah acara televisi dengan sendirinya akan mampu menjaring iklan yang semakin banyak. Dari pertimbangan dan logika bisnis, hal tersebut sangat wajar karena nyawa televisi swasta ada pada pemasukan dari iklan. Sehingga bisa diibaratkan bahwa bisnis televisi swasta ibarat "menebar hiburan, menjaring iklan" (Hadiyanto, 2000). 

(Ir. Amirudin Aidin Beng, M.M. Sumber: Laporan Akhir Pengkajian Komunikasi, Informasi, Edukasi. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. 2002 dan berbagai sumber)

referensi : http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pemanfaatan-televisi-sebagai-media-komunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar